Pengembangan
Kultur Sekolah di SMP Katolik Santu Petrus
“Sebagian
benih jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh menjadi kering
karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri dan semak
itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Lalu sebagian jatuh di
tanah yang baik dan subur. Benih itu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat.” (Lukas 8: 6-8)
Pada masa sekarang
ini kultur sekolah memiliki peranan penting dalam berjalannya proses di
lingkungan sekolah. Kultur sekolah adalah budaya sekolah yang menjadi ciri dan
nilai unggul yang dikembangkan di sekolah. Tanpa budaya sekolah yang bagus
akan sulit melakukan pendidikan karakter bagi anak -anak didik kita. Jika
budaya sekolah sudah mapan, siapa pun yang masuk dan bergabung ke sekolah itu
hampir secara otomatis akan mengikuti tradisi yang telah ada. Kultur
sekolah dapat meningkatkan mutu suatu sekolah, membantu menyelesaikan masalah
yang dialami oleh sekolah, dan melestarikan budaya sekolah tersebut.
Dalam berjalannya
kultur sekolah, pemuda sebagai murid dan sebagai generasi penerus memegang
peranan penting karena para pemuda yang akan menjalankan dan mewariskan budaya
ini. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kultur sekolah, antara lain
guru-guru yang berkualitas, murid-murid yang berkarakter baik dan berprestasi,
serta budaya , dan sarana-prasarana yang baik. Jadi peran kultur sekolah adalah
untuk memperbaiki kinerja sekolah, membangun komitmen warga sekolah dan membuat
suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju,
dorongan bekerja keras, dan tidak mudah mengeluh.
Kultur sekolah memegang peranan
penting dalam perkembangan karakter dan prestasi anak didik. Sekolah
diibaratkan sebagai lahan untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang
berkualitas. Dalam kaitannya, pendidikan diumpamakan dengan “Menanam benih.” Sekolah sebagai lahan tempat menanam,
sedangkan siswa diibaratkan sebagai benih yang akan ditanam.
Benih yang jatuh di tanah
berbatu-batu tumbuh hingga akhirnya mati karena tidak mendapat air. Sebagian
benih yang jatuh di tengah semak berduri tumbuh bersama-sama, kemudian benih
itu mati karena terhimpit duri. Benih yang jatuh di tanah yang baik dan subur itu
tumbuh dan berbuah seratus kali lipat.
Logika ini juga berlaku dalam
dunia pendidikan, meskipun benih tidak persis sama dengan anak manusia. Banyak
anak yang memiliki bakat hebat, tapi karena kondisi sekolahnya tidak mendukung,
anak tersebut tidak tumbuh optimal. Bakatnya terpendam, bahkan mati. Sebaliknya,
anak yang kepintaran dan bakatnya sedang-sedang saja, tapi karena lingkungan
sekolahnya bagus, anak tersebut tumbuh sebagai anak yang mandiri dan sukses.
Berdasarkan argumen di atas, kemudian muncul formula bahwa apa yang disebut school culture sangat vital perannya
bagi sebuah proses pendidikan dan sebagai budaya sekolah.
Pembentukan kultur sekolah sama
halnya menyemai benih pohon. Misalnya kita ingin menanam pohon kurma yang benih
atau bibitnya diambil dari tanah Arab, kita perlu menganalisis dan
mengondisikan tanah serta cuaca yang cocok sebelum benih kurma ditanam di
Indonesia. Jadi, pengembangan kultur sekolah juga harus disesuaikan dengan
kondisi sekolah, kondisi dan kebudayaan anak didik serta sarana dan prasarana
di sekolah tersebut.
Dalam perkembangannya, SMP Katolik Santu Petrus yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kalimantan menerapkan 8 kultur sekolah dalam proses pendidikan di sekolah. Kultur sekolah tersebut antara lain; disiplin, jujur, bekerja-keras, efisien, menghargai mutu, solidaritas, beriman, dan hormat kepada orang yang lebih tua. Delapan kultur sekolah ini dikembangkan di semua sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kalimantan.
Dalam perkembangannya, SMP Katolik Santu Petrus yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kalimantan menerapkan 8 kultur sekolah dalam proses pendidikan di sekolah. Kultur sekolah tersebut antara lain; disiplin, jujur, bekerja-keras, efisien, menghargai mutu, solidaritas, beriman, dan hormat kepada orang yang lebih tua. Delapan kultur sekolah ini dikembangkan di semua sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kalimantan.
Berikut ini contoh realisasi kultur
sekolah yang diterapkan di SMP Katolik Santu Petrus:
1.
Disiplin
·
Penerapan
lonceng masuk yang dibunyikan pukul 06.55 WIB sebagai tanda seluruh siswa dan
guru harus memasuki ruang belajar dengan tertib. Bel kedua dibunyikan tepat
pukul 07.00 sebagai tanda pelajaran dimulai. Siswa yang terlambat diberi sanksi
sesuai dengan jumlah keterlambatan yang dilakukan.
·
Penerapan
waktu (batas terakhir) pengumpulan administrasi perangkat mengajar guru yang
harus dikumpulkan sebelum berlangsungnya pembelajaran dalam tiap pergantian
semester.
·
Penerapan
waktu (batas terakhir) pengumpulan laporan nilai siswa setiap bulan dan
pengumpulan soal ulangan umum beserta soal remedial sesuai batas waktu yang
ditentukan. Walaupun tidak diberlakukannya sanksi keterlambatan, tetapi seluruh
dewan guru menjalankan tanggung-jawabnya dengan baik sesuai dengan batas waktu
yang ditentukan.
2.
Jujur
Sikap kejujuran
diterapkan dengan adanya “Telepon kejujuran”. Telepon kejujuran adalah telepon
yang disediakan pihak sekolah bagi siswa dan guru. Siswa dan guru yang
menggunakan telepon ini secara jujur memasukkan uang ke dalam kotak yang telah
disediakan tanpa penjaga khusus. Sikap kejujuran juga diterapkan pada saat
siswa mengerjakan tugas dan menjawab soal ulangan.
3.
Bekerja-keras
Semangat bekerja
keras seluruh warga diterapkan dengan adanya program kerja bakti membersihkan
lingkungan sekolah, pembentukan Grup Pecinta Lingkungan (GPL), dan adanya
Organisasi Sekolah Intra Sekolah (OSIS). Melalui kegiatan kerja bakti
membersihkan lingkungan sekolah siswa dibentuk untuk menunjukkan perilaku kerja
keras secara tekun dan ulet dalam menjaga kebersihan yang menjadi
tanggung-jawab bersama setiap warga
sekolah. Grup Pecinta Lingkungan merupakan kelompok yang dibentuk untuk menjaga
lingkungan. Semua anggota yang terlibat dalam grup pecinta lingkungan selalu
bahu-membahu dalam menjaga kebersihan lingkungan alam sekitar melalui
kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan. Melalui OSIS, siswa-siswi diajarkan
untuk berorganisasi melalui kegiatan-kegiatan sekolah. Kegiatan-kegiatan yang
dijalankan oleh GPL dan OSIS dapat membentuk sikap bekerja-keras dalam diri
siswa-siswi.
4.
Efisien
Sikap efisien
diwujudkan dengan penyusunan jadwal kegiatan sekolah yang mempertimbangkan
penggunaan waktu secara tepat agar tidak mengganggu jam pelajaran siswa. Selain
mempertimbangkan pemanfaatan waktu, penggunaan anggaran biaya kegiatan juga
diatur secara hemat agar biaya yang digunakan tepat sasaran.
5.
Menghargai
mutu
Sikap menghargai
mutu diwujudkan dengan adanya program pembinaan siswa (bimbel/ekskur) dan
pelatihan guru. Program ini dijalankan untuk meningkatkan mutu siswa dan guru.
Pihak sekolah juga selalu mengikutsertakan siswa dan guru dalam setiap lomba
guna pengujian dan pengembangan mutu. Selain itu, sekolah memberikan hadiah dan
piagam penghargaan setiap akhir semester kepada siswa yang memperoleh juara
dalam 3 kategori yaitu juara kelas, juara jenjang, dan juara umum setiap akhir
semester. Selain itu, diberikan pula penghargaan kepada siswa yang berhasil
menjadi juara pada tingkat kota, nasional, dan internasional sebagai wujud
apresiasi sekolah terhadap perolehan prestasi yang diraih siswa.
Sikap menghargai
mutu juga dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa-siswi yang
memiliki bakat seni untuk mempertunjukkan keterampilannya dalam kegiatan PENSI
sekolah dan adanya Bazar yang menampilkan keterampilan dan pengetahuan dalam
berbagai bidang sebagai bentuk kerja sama guru dan siswa dalam mengembangkan
mutu bakat/keterampilan dan pengetahuan.
6.
Solidaritas
Wujud solidaritas
yang diterapkan sekolah yaitu dengan memberikan sumbangan duka kepada warga
sekolah yang mendapat musibah, sumbangan dalam rangka perayaan Natal dan
Paskah, kunjungan sosial ke Panti Asuhan dan Jompo oleh beberapa siswa dan
guru, dan kunjungan kepada rekan guru yang sakit. Kegiatan aksi sosial ini
merupakan wujud solidaritas semua warga sekolah.
7.
Beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa
Sikap beriman kepada
Tuhan yang Maha Esa di lingkungan SMP Katolik Santu Petrus diwujudkan dengan beberapa
kegiatan kerohanian: ekskur Bina Iman Remaja, kegiatan rekoleksi yang wajib
diikuti oleh seluruh siswa, doa pagi bersama dewan guru dan staf, doa bersama
siswa dan guru di awal dan akhir pelajaran, ibadat rutin yang dilaksanakan
selama semester berlangsung, Misa pembukaan dan penutupan Tahun Ajaran Baru,
Misa pembukaan dan penutupan Bulan Maria, dan Misa pembukaan dan penutupan
Bulan Kitab Suci. Selain melaksanakan kegiatan rohani, sikap toleransi hidup
beragama juga diberlakukan di SMP Katolik Santu Petrus. Sebagai contoh: libur
menyambut Puasa, libur cap go meh, dll.
Beberapa kegiatan
ini direalisasikan sebagai wujud keimanan dan ketakwaan seluruh warga sekolah
kepada Tuhan yang Maha Esa dan sebagai wujud toleransi terhadap umat beragama.
8.
Hormat
kepada yang lebih tua
Sikap saling
menghormati (terutama kepada yang lebih tua) diwujudkan dalam kegiatan
“Menyambut Kasih”. Beberapa guru yang ditugaskan secara bergiliran menyambut
para siswa yang datang ke sekolah dengan salam kasih dan berjabat tangan.
Kegiatan menyambut
kasih juga diterapkan pada saat pelaksanaan ulangan UMUM. Sebelum memasuki
ruang belajar, guru memberikan salam dan berjabat tangan dengan siswa. Sebagai
bentuk motivasi guru kepada siswa. Selain itu, seluruh siswa diwajibkan untuk
memberi salam jika bertemu dengan guru dan seluruh warga sekolah di lingkungan
sekolah.
Delapan kultur sekolah di SMP
Katolik Santu Petrus, secara keseluruhan diwujudkan pula dalam kegiatan pramuka
yang mengarah kepada pembentukan karakter. Manfaat kegiatan pramuka tersebut
diantaranya; bertakwa kepada Tuhan yang Maga Esa, membentuk karakter yang
disiplin dan bertanggung jawab,
mencintai alam, melatih kemandirian dan sikap bekerja-keras, serta melatih
keterampilan berorganisasi.
Kultur sekolah yang dikembangkan
di SMP Katolik Santu Petrus disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan
kebudayaan peserta didik dan lingkungan masyarakat. Seluruh warga sekolah
bekerja-sama untuk merealisasikan delapan kultur sekolah yang sudah ditetapkan.
Kultur sekolah yang dikembangkan di SMP Katolik Santu Petrus diharapkan dapat
meningkatkan mutu sekolah sebagai lahan pendidikan agar dapat menghasilkan anak
didik yang berkualitas dan berakhlak mulia sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar