Minggu, 01 Maret 2015

Artikel "Pengembangan Kultur Sekolah" Ditulis oleh Agustin Flaviyana, S.Pd.



Pengembangan Kultur Sekolah di SMP Katolik Santu Petrus

“Sebagian benih jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Lalu sebagian jatuh di tanah yang baik dan subur. Benih itu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat.”  (Lukas 8: 6-8)
Pada masa sekarang ini kultur sekolah memiliki peranan penting dalam berjalannya proses di lingkungan sekolah. Kultur sekolah adalah budaya sekolah yang menjadi ciri dan nilai unggul yang dikembangkan di sekolah. Tanpa budaya sekolah yang bagus akan sulit melakukan pendidikan karakter bagi anak -anak didik kita. Jika budaya sekolah sudah mapan, siapa pun yang masuk dan bergabung ke sekolah itu hampir secara otomatis akan mengikuti tradisi yang telah ada. Kultur sekolah dapat meningkatkan mutu suatu sekolah, membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh sekolah, dan melestarikan budaya sekolah tersebut.
Dalam berjalannya kultur sekolah, pemuda sebagai murid dan sebagai generasi penerus memegang peranan penting karena para pemuda yang akan menjalankan dan mewariskan budaya ini. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kultur sekolah, antara lain guru-guru yang berkualitas, murid-murid yang berkarakter baik dan berprestasi, serta budaya , dan sarana-prasarana yang baik. Jadi peran kultur sekolah adalah untuk memperbaiki kinerja sekolah, membangun komitmen warga sekolah dan membuat suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan bekerja keras, dan tidak mudah mengeluh.
            Kultur sekolah memegang peranan penting dalam perkembangan karakter dan prestasi anak didik. Sekolah diibaratkan sebagai lahan untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Dalam kaitannya, pendidikan diumpamakan dengan “Menanam benih.”  Sekolah sebagai lahan tempat menanam, sedangkan siswa diibaratkan sebagai benih yang akan ditanam. 
Benih yang jatuh di tanah berbatu-batu tumbuh hingga akhirnya mati karena tidak mendapat air. Sebagian benih yang jatuh di tengah semak berduri tumbuh bersama-sama, kemudian benih itu mati karena terhimpit duri. Benih yang jatuh di tanah yang baik dan subur itu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat. 
Logika ini juga berlaku dalam dunia pendidikan, meskipun benih tidak persis sama dengan anak manusia. Banyak anak yang memiliki bakat hebat, tapi karena kondisi sekolahnya tidak mendukung, anak tersebut tidak tumbuh optimal. Bakatnya terpendam, bahkan mati. Sebaliknya, anak yang kepintaran dan bakatnya sedang-sedang saja, tapi karena lingkungan sekolahnya bagus, anak tersebut tumbuh sebagai anak yang mandiri dan sukses. Berdasarkan argumen di atas, kemudian muncul formula bahwa apa yang disebut school culture sangat vital perannya bagi sebuah proses pendidikan dan sebagai budaya sekolah.
            Pembentukan kultur sekolah sama halnya menyemai benih pohon. Misalnya kita ingin menanam pohon kurma yang benih atau bibitnya diambil dari tanah Arab, kita perlu menganalisis dan mengondisikan tanah serta cuaca yang cocok sebelum benih kurma ditanam di Indonesia. Jadi, pengembangan kultur sekolah juga harus disesuaikan dengan kondisi sekolah, kondisi dan kebudayaan anak didik serta sarana dan prasarana di sekolah tersebut.
            Dalam perkembangannya, SMP Katolik Santu Petrus yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kalimantan menerapkan 8 kultur sekolah dalam proses pendidikan di sekolah. Kultur sekolah tersebut antara lain; disiplin, jujur, bekerja-keras, efisien, menghargai mutu, solidaritas, beriman, dan hormat kepada orang yang lebih tua. Delapan kultur sekolah ini dikembangkan di semua sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kalimantan.




Berikut ini contoh realisasi kultur sekolah yang diterapkan di SMP Katolik Santu Petrus:
1.     Disiplin
·         Penerapan lonceng masuk yang dibunyikan pukul 06.55 WIB sebagai tanda seluruh siswa dan guru harus memasuki ruang belajar dengan tertib. Bel kedua dibunyikan tepat pukul 07.00 sebagai tanda pelajaran dimulai. Siswa yang terlambat diberi sanksi sesuai dengan jumlah keterlambatan yang dilakukan.
·         Penerapan waktu (batas terakhir) pengumpulan administrasi perangkat mengajar guru yang harus dikumpulkan sebelum berlangsungnya pembelajaran dalam tiap pergantian semester.
·         Penerapan waktu (batas terakhir) pengumpulan laporan nilai siswa setiap bulan dan pengumpulan soal ulangan umum beserta soal remedial sesuai batas waktu yang ditentukan. Walaupun tidak diberlakukannya sanksi keterlambatan, tetapi seluruh dewan guru menjalankan tanggung-jawabnya dengan baik sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
2.    Jujur
Sikap kejujuran diterapkan dengan adanya “Telepon kejujuran”. Telepon kejujuran adalah telepon yang disediakan pihak sekolah bagi siswa dan guru. Siswa dan guru yang menggunakan telepon ini secara jujur memasukkan uang ke dalam kotak yang telah disediakan tanpa penjaga khusus. Sikap kejujuran juga diterapkan pada saat siswa mengerjakan tugas dan menjawab soal ulangan.
3.    Bekerja-keras
Semangat bekerja keras seluruh warga diterapkan dengan adanya program kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah, pembentukan Grup Pecinta Lingkungan (GPL), dan adanya Organisasi Sekolah Intra Sekolah (OSIS). Melalui kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah siswa dibentuk untuk menunjukkan perilaku kerja keras secara tekun dan ulet dalam menjaga kebersihan yang menjadi tanggung-jawab  bersama setiap warga sekolah. Grup Pecinta Lingkungan merupakan kelompok yang dibentuk untuk menjaga lingkungan. Semua anggota yang terlibat dalam grup pecinta lingkungan selalu bahu-membahu dalam menjaga kebersihan lingkungan alam sekitar melalui kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan. Melalui OSIS, siswa-siswi diajarkan untuk berorganisasi melalui kegiatan-kegiatan sekolah. Kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh GPL dan OSIS dapat membentuk sikap bekerja-keras dalam diri siswa-siswi.
4.    Efisien
Sikap efisien diwujudkan dengan penyusunan jadwal kegiatan sekolah yang mempertimbangkan penggunaan waktu secara tepat agar tidak mengganggu jam pelajaran siswa. Selain mempertimbangkan pemanfaatan waktu, penggunaan anggaran biaya kegiatan juga diatur secara hemat agar biaya yang digunakan tepat sasaran.
5.    Menghargai mutu
Sikap menghargai mutu diwujudkan dengan adanya program pembinaan siswa (bimbel/ekskur) dan pelatihan guru. Program ini dijalankan untuk meningkatkan mutu siswa dan guru. Pihak sekolah juga selalu mengikutsertakan siswa dan guru dalam setiap lomba guna pengujian dan pengembangan mutu. Selain itu, sekolah memberikan hadiah dan piagam penghargaan setiap akhir semester kepada siswa yang memperoleh juara dalam 3 kategori yaitu juara kelas, juara jenjang, dan juara umum setiap akhir semester. Selain itu, diberikan pula penghargaan kepada siswa yang berhasil menjadi juara pada tingkat kota, nasional, dan internasional sebagai wujud apresiasi sekolah terhadap perolehan prestasi yang diraih siswa.
Sikap menghargai mutu juga dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa-siswi yang memiliki bakat seni untuk mempertunjukkan keterampilannya dalam kegiatan PENSI sekolah dan adanya Bazar yang menampilkan keterampilan dan pengetahuan dalam berbagai bidang sebagai bentuk kerja sama guru dan siswa dalam mengembangkan mutu bakat/keterampilan dan pengetahuan.

6.    Solidaritas
Wujud solidaritas yang diterapkan sekolah yaitu dengan memberikan sumbangan duka kepada warga sekolah yang mendapat musibah, sumbangan dalam rangka perayaan Natal dan Paskah, kunjungan sosial ke Panti Asuhan dan Jompo oleh beberapa siswa dan guru, dan kunjungan kepada rekan guru yang sakit. Kegiatan aksi sosial ini merupakan wujud solidaritas semua warga sekolah.
7.    Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa
Sikap beriman kepada Tuhan yang Maha Esa di lingkungan SMP Katolik Santu Petrus diwujudkan dengan beberapa kegiatan kerohanian: ekskur Bina Iman Remaja, kegiatan rekoleksi yang wajib diikuti oleh seluruh siswa, doa pagi bersama dewan guru dan staf, doa bersama siswa dan guru di awal dan akhir pelajaran, ibadat rutin yang dilaksanakan selama semester berlangsung, Misa pembukaan dan penutupan Tahun Ajaran Baru, Misa pembukaan dan penutupan Bulan Maria, dan Misa pembukaan dan penutupan Bulan Kitab Suci. Selain melaksanakan kegiatan rohani, sikap toleransi hidup beragama juga diberlakukan di SMP Katolik Santu Petrus. Sebagai contoh: libur menyambut Puasa, libur cap go meh, dll.
Beberapa kegiatan ini direalisasikan sebagai wujud keimanan dan ketakwaan seluruh warga sekolah kepada Tuhan yang Maha Esa dan sebagai wujud toleransi terhadap umat beragama.
8.    Hormat kepada yang lebih tua
Sikap saling menghormati (terutama kepada yang lebih tua) diwujudkan dalam kegiatan “Menyambut Kasih”. Beberapa guru yang ditugaskan secara bergiliran menyambut para siswa yang datang ke sekolah dengan salam kasih dan berjabat tangan.
Kegiatan menyambut kasih juga diterapkan pada saat pelaksanaan ulangan UMUM. Sebelum memasuki ruang belajar, guru memberikan salam dan berjabat tangan dengan siswa. Sebagai bentuk motivasi guru kepada siswa. Selain itu, seluruh siswa diwajibkan untuk memberi salam jika bertemu dengan guru dan seluruh warga sekolah di lingkungan sekolah.

Delapan kultur sekolah di SMP Katolik Santu Petrus, secara keseluruhan diwujudkan pula dalam kegiatan pramuka yang mengarah kepada pembentukan karakter. Manfaat kegiatan pramuka tersebut diantaranya; bertakwa kepada Tuhan yang Maga Esa, membentuk karakter yang disiplin dan bertanggung jawab,     mencintai alam, melatih kemandirian dan sikap bekerja-keras, serta melatih keterampilan berorganisasi.
Kultur sekolah yang dikembangkan di SMP Katolik Santu Petrus disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan kebudayaan peserta didik dan lingkungan masyarakat. Seluruh warga sekolah bekerja-sama untuk merealisasikan delapan kultur sekolah yang sudah ditetapkan. Kultur sekolah yang dikembangkan di SMP Katolik Santu Petrus diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah sebagai lahan pendidikan agar dapat menghasilkan anak didik yang berkualitas dan berakhlak mulia sesuai dengan visi dan misi sekolah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar